Kendali-kendali aku rengkuh
Semua sudah menilik
Dan kemudi sedikit patah
Secuil, tapi bisa mematikan
Aku terlalu berani mengambil tindak
Itu adalah respon jiwa
Bukan gegabah!
Karena, matang sudah di kepala
Tinggal bola liar aku gelontorkan
Dengan strategi tentunya.
Lantas esok aku kira mulai pertandingan
Ternyata: Tidak
Harus kembali keladang
Di sengat mentari
Yang melumerkan kringat.
Nanti-nanti ku tunggu batang hidung mu
Tak kunjung datang jua.
Ah… Sialan memang!
Sedikit mengeluh dan hati masih sangat terbakar.
Ini hari kulalui tak begitu berat
Tapi masih menyisah sayat di benak.
Semua lelcon kutelan meredam bara
Agar idak meledak di dalam
Hingga aku hancur nantinya.
Ini, saya kira
Sebuah demokrasi jiwa
Kita bersaing
Tapi tak menelan
Kita bermusuhan tapi tetap damai.
Aku tak berlaga pandai
Tidak seperti dia dan mereka
Di sebuah kumpulan
yang tak berani aku sentuh
mungkin, karena enggan
jelasnya, saya tidak takut.
Aku berani menerjang ombak
Dan berdiri kokoh di lautan
Aku dan mereka
Seperti air dan minyak
Tak mungkin larut
Karena kita bukan se-zat.
Jelas ku, sebelum mereka
Merunduk malu!
Kaliwanglu Wetan, 19 Juli 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar