Siapa yang meratap itu?
Entah tak tahu Aku?
Suaranya begitu pilu, Deritakah Dia?
Bersorak-sorak Ia diatas tebing muram.
Siapa derita, Siapa Tahu!
Kemudian hari begitu saja tenggelam-
Belum sempat dicatat.
Mari-mari ulangi lagi Besok?
Harus derita lagi: Aku bertanya?
Ibunda, masih mengais duka
Tempat yang sama kita pijak
Derita kapan selesai?
Sering kali ku harapi,
Hingga kering samudra di dalam hati.
Tuhan sudah berkali, ku negosiasi!
Berikan Dia sedikit hujan di hati-
Biar tak begitu kering, sudah!
Dia tak perlu hari mengulang derita.
KepadaNya-lah kita harus menyerah-pasrah
Sampai darah-darah mengalir sesuai arah,
Begitu juga derita: tidak senang lagi hinggap di raga.
Ibunda, suatu ketika
Kita merdeka, ya….
Jakarta, 25 Mei 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar