Kamis, 17 September 2009

Dera-dera murka

Dengan terbata-batah
Aku merangkai cerita
Yang kita tulis dengan lara dahaga
Dari sebuah ungkapan : ringan, senang, dan ada sedikit luka.

Belum ada kata yang terucap
Dari bibir kita yang tak cakap
Nafas, tersendat-sendat
Yang kurasa mampat karena murka.

Bila esok tiba
Kemudian ada sisa waktu
Kembalilah dengan senyuman
Dan kemudian berjabat kita di pangkuan: Tuhan!

Lalu, jelang waktu iba menghampiri
Apakah masih ada kita pulang?
Kembali kerumah dengan hangat
Peluk mesra Ayah dan Bunda.


Jakarta, 17 September 2009

Rabu, 02 September 2009

Lirih Hati

Sore saat matahari memudar
Ketika orbit berpindah tempat
Aku masih meratap
Sakit jua kita di dua?

Di sini puncak cinta
Di sini sisi lain terkuak
Kau dan aku
Sudah lama dipadu
Tak begitu juga ia yang sekejap hinggap
Dan kurasa aku menggap-menggap!

Begitu bergejolak di dada
Sesering mungkin aku atur nafas
Sehingga berkurang kadar bara
Aku cemburu dengan angin yang menampar.

Dikala bulan tampak
Aku tulis dan kuingat
Ini sebuah catatan harian
Bila nanti akhir ada.

10 Agustus 2009

Suatu Ketika

Baru-baru saja matahari tenggelam
Meninggalkan pucat di dada.

Kemudian hari bersolek lagi
Kabut berias asri
Burung berkicau
Daun-daun tak luput menari.

Apakah semua ini hanya mimpi?
Saat malam datang
Dan ketika mata terlalap
Nyata begitu dekat.

Semua buaian kasih sayang
Turun di benak
Menyatu dan merasuk
Ketika rangkaian cerita di isyaratkan

Apakah keindahan hanya milik khayalan?
Kenapa saat terbangun tak sanggup aku meratap?

Di mana kicauan itu?
Di mana dayuan mesra?
Di mana mereka berada?

Tak perlu menyesal
Saat semua terlambat
Lagi-lagi kita kembali merenungkan!